Dari rimba itu derap sepatu bintang tiga berderap
dentuman tembakan pemuras pengganas kalap
ketika aku lahir diazan ayah, hatinya mula berona
percikan api sinarnya berbalam di atas atap
ratap ibu nyanyikan lagu bahtera merdeka
dan ayah siap mentalak satu, menikah lain, aduhai
Bergumam dukacita ibu merdeka dalam paksa,
terkuras keras antara ilu hati dan rasa iba
airmata menetes ke alur payudaranya, hatinya berdarah
tatkala menetekkan aku, tubuhku disirami airmata, basah
lalu ibu tinggalkan aku hidup bersama nenek tua
di malam buta melangkah sendu tidak menoleh
inilah lakar sejarah hari depanku, bayi sebelum merdeka
Merdeka, merdeka, merdeka, negaraku merdeka
dan dalam geliat nakalku berjela-jela, tatkala
usiaku lima tahun, juah dan manja, pelat kata-kata
datuk buatkan pemuras bemban untuk mainanku,
dan aku menembak bayang-bayang hari depanku
hajat datuk, aku menjadi sojer kebal perkasa
persis bapa saudaraku, mungkin tidak tertunaikan
kerana aku dibelenggu wajah-wajah termiskin
hari keramat Ogos 31, 1957 aku pelat kata-kata
terdidik dalam kandang berbudaya Melayu desa,
datukku membesarkan diri dari rezeki kais pagi
dari kebun getah dua ekar cepat kering susu,
perahu jalur datuk menongkah arus Sungai Jelai
memburu siput, gondang, udang dan ikan sungai
dari mata sejarah itu aku merentasi hari depan,
bila dewasa diajar lafaz dan hafaz al-Quran
sehingga aku menjana bakat menjadi penyajak
lahir sajak, aku dalam sajak, citra bahasa metafora,
anarkis, bombastis, simbolik dan emosi utopia
Sejarah hari depanku telah kulakar dengan deras
tujuh zuriatku diajar hidup keras agar menggugat dunia
bukan sajak, bukan sosio-politik berjenama Melayu malas
bukan lagi tunduk tersipu, santun berbahasa beralas
aku setiap kali selepas solat bertasbih padaMu, ya Allah
ketika ada sisa-sisa usia, akupun bertempik keras:
MERDEKA…. MERDEKA…. MERDEKA….
merdeka, dari belenggu algojo globalisasi dan nafsu,
pasrah!
skip to main |
skip to sidebar
"Puisi dan e.m.a.s. tak dapat dipisahkan..." Izinkan e.m.a.s. melakar ruangan ini dengan memuatkan puisi daripada penulis-penulis yang e.m.a.s. kenali; tanda ingatan betapa mereka telah berjasa kepada e.m.a.s.... meninggalkan sebibit kata-kata untuk e.m.a.s. jadikan ilham, melangkah ke ruangan masa hadapan.
Saturday, February 6, 2010
Labels
- _Cinta (6)
- _Kehidupan (4)
- Arisel Ba (1)
- Baha Zain (3)
- Brahim Terengganu (4)
- Chairil Anwar (10)
- e.m.a.s. (8)
- Latiff Mohidin (2)
- Muhammad Haji Salleh (3)
- Muzik (1)
- Nasyid (1)
- Sepoi Bayu (5)
- Siti Zainon Ismail (1)
- T. Alias Taib (3)
- Thought (1)
- Usman Awang (12)
- Zubir Ali (21)
- Zurinah Hassan (2)
Blog Archive
-
▼
2010
(65)
-
▼
February
(34)
- BUDOK-BUDOK JAME LO'NING ~
- GUANE GAMOK ORANG KITE ~ Ibrahim Mohd Taib
- BALIKLAH WOK ~ Ibrahim Mohd Taib
- KERANDA 152 ~ Usman Awang
- JADILAH AWANG - SAJAK KUALA BERANG ~ Ibrahim Mohd ...
- HAMPA ~ Chairil Anwar
- DERAI DERAI CEMARA ~ Chairil Anwar
- YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS ~ Chairil Anwar
- MALAM DI PEGUNUNGAN ~ Chairil Anwar
- SENJA DI PELABUHAN KECIL ~ Chairil Anwar
- PENERIMAAN ~ Chairil Anwar
- KURANG AJAR ~ Usman Awang
- BUNGA POPI ~ Usman Awang
- KORBAN TANAH AIR ~ Usman Awang
- PAK UTIH ~ Usman Awang
- KEKASIH ~ Usman Awang
- PAGI ~ Muhammad Haji Salleh
- MALAM ~ Muhammad Haji Salleh
- ADA MIMPI DI JALAN INI ~ Muhammad Haji Salleh
- PAGI ~ Baha Zain
- MENUNGGU ~ Baha Zain
- DI KACA JENDELA DI TEPI SUNGAI CHOPHRAYA ~ Baha Zain
- SENJA DI PELABUHAN ~ Siti Zainon Ismail
- MATA SEJARAH MERENTASI HARI DEPAN (Sebuah Puisi) ...
- YANG PASTI ~ Zurinah Hassan
- SATU CERITA CINTA ~ Zurinah Hassan
- HUTAN PERSAHABATAN ~ T. Alias Taib
- KITA BERDIRI DI TINGKAP ITU ~ T. Alias Taib
- INGATAN KECIL, 1950-an ~ T. Alias Taib
- WAKTU TELAH MEMANGGIL KAU PULANG (Buat Seorang Pen...
- BAWALAH KAMI KEMBALI KE BUMI ~ Latiff Mohidin
- GADIS DAN AYAT SUCI ~ Usman Awang
- DARI BINTANG KE BINTANG ~ Usman Awang
- MELAYU ~ Usman Awang
-
▼
February
(34)
No comments:
Post a Comment